Tuesday, November 18, 2014

Hikmah

Burung Bulbul dalam "Musyawarah Burung" karya Fariduddin Attar menarik untuk dikupas. Burung Bulbul di sini digambarkan sebagai burung yang sedang mabuk cinta. Sebuah gambaran seseorang yang sangat enggan untuk meninggalkan kekasihnya untuk sebuah tujuan yang lebih mulia. Namanya orang jatuh cinta, ah perasaan mereka hanya tertuju pada dia yang dicinta itu. Baiklah di sini saya kutipkan bagaimana sikap Bulbul ini ketika diajak Hudhud untuk mencari Simurgh, sang raja sejati para burung yang tinggal di balik gunung-gunung Kaf (barisan gunung yang melingkungi bumi).

***

Bulbul yang penuh cinta lebih dulu tampil ke muka, hampir gila karena gairah nafsunya. Dituangkannya perasaannya dalam masing-masing dari seribu nada nyanyiannya. Dan dalam setiap nada itu dapat ditemukan sebuah dunia penuh rahasia. Ketika ia menyanyikan rahasia-rahasia ini, sekalian burung itu pun terdiam. "Rahasia-rahasia cinta tak asing bagiku," katanya. "Sepanjang malam berulang-ulang kunyanyikan nyanyian-nyanyian cinta. Tak adakah Daud yang malang tempat aku dapat menyanyikan mazmur cinta penuh kerinduan? Tangis seruling yang manis itu ialah lantaran aku, begitu pula ratap kecapi itu.

Kutimbulkan kacau di antara bunga-bunga mawar dan juga di hati para kekasih. Selalu kuajarkan rahasia-rahasia baru, dan setiap kali kuulang nyanyian-nyanyian duka yang baru. Bila cinta menguasai jiwaku, suara nyanyianku pun bagai laut yang mengeluh sayu. Siapa mendengar aku, akan meninggalkan akal budinya, meskipun ia ada di antara para cendekia. Bila aku berpisah dari Mawarku tercinta, aku pun merasa sunyi, aku tak lagi menyanyi, dan tak kututurkan pada siapa pun rahasiaku. Tak ada yang mengetahui rahasiaku; hanya Mawar mengetahuinya dengan pasti. Begitu dalam aku terlibat dalam cinta dengan Mawar hingga aku pun tak memikirkan hidupku sendiri; dan hanya memikirkan Mawar dengan kelopaknya yang bagai karang bercabang-cabang itu. Perjalanan mendapatkan Simurgh ada di luar kekuatanku; cinta dari Mawar itu cukuplah bagi Bulbul ini. Untuk akulah dia berbunga dengan seratus kelopaknya itu; apalagi yang mungkin kuharapkan. Mawar yang berbunga hari ini penuh kerinduan, dan ia tersenyum ria untukku. Bila ia memperlihatkan wajahnya di balik cadar, aku tahu bahwa itu untukku. Maka bagaimana dapat Bulbul ini tinggal semalam saja tanpa cinta dari jelita pemesona itu?"

Hudhud menjawab, "O Bulbul, kau yang tak mau ikut, silau karena bentuk lahiriah dari segala ini, berhentilah menikmati keterikatan yang begitu menyesatkan. Cinta mawar itu banyak durinya; ia mengusik dan menguasai dirimu. Meskipun mawar itu jelita, namun keindahannya akan segera lenyap. Siapa yang mencari kesempurnaan diri janganlah menjadi budak cinta yang begitu cepat berlalu. Jika senyum Mawar itu menimbulkan berahimu, maka itu hanya akan mengisi hari demi harimu dan malam demi malammu dengan ratapan-ratapan kesedihan. Tinggalkan mawar itu dan hendaknya kau malu pada dirimu sendiri; sebab, bersama tiap Musim Semi yang baru, ia menertawakanmu dan kemudian ia pun tak tersenyum lagi."

***

Bulbul telah terperangkap cinta Mawar, karena saking cintanya dia sangat berat sekali untuk meninggalkan Mawar. Ada pepatah Arab mengatakan begini, “man ahabba syaian fahuwa ‘abduhu”, barangsiapa mencintai sesuatu maka ia akan menjadi budaknya. Ketika cinta telah bersemi pada sesuatu maka sesuatu itu akan menjadi tuan dari orang yang mencintainya itu. Sebegitu luar biasanya efek dari cinta ini, hingga sampai dikatakan seperti itu. Dan karena cinta seseorang mau melakukan apa saja demi yang dicintainya itu. Dia akan berkorban apa saja demi yang dicintainya itu. Karena cinta itu telah membakar segala sesuatu selain yang dicintainya itu, lihatlah Qais yang menjadi gila karena cintanya kepada Laila, dirinya seperti hilang ketika berhadapan dengan kekasih pujaannya si Laila itu, ia sampai tidak mempedulikan lagi keadaan dirinya sendiri dan yang dipedulikan adalah wujud Laila yang telah menguasai dan mengisi dirinya. Begitu pula apa yang dialami
oleh Bulbul ini, cintanya kepada Mawar sudah mencukupkan dirinya untuk tidak mencari cinta selain cinta Mawar, walaupun cinta yang ditawarkan oleh Hudhud itu lebih sejati dan abadi.

Walau demikian cinta yang dialami Bulbul bagi Hudhud adalah cinta pada bentuk lahiriah. Dan cinta ini bagi Hudhud adalah cinta sesaat namanya. Atau cinta yang datang sepihak bukan dari dua pihak yang saling mencintai. Si Bulbul mencintai Mawar, tapi Mawar sendiri sebenarnya tidak mencintai Bulbul. Dikatakan oleh Hudhud bahwa Mawar menertawakan Bulbul pada tiap musim semi, karena pada musim semi itulah Mawar menampakkan keindahan dirinya sendiri yang begitu dikagumi oleh Bulbul, padahal Mawar tidak mempedulikan kehadiran Bulbul itu. Dan setelah musim semi pergi senyum Mawar pun sirna karena Mawar itu merontokkan dirinya sendiri dari tangkainya dan tanpa permisi sama sekali dengan Bulbul. Mawar hanya tersenyum pada musim semi saja, karena ia hanya diberi kesempatan untuk berbahagia di musim itu, selain musim semi itu ia tak diijinkan untuk tersenyum dengan memekarkan dirinya sendiri. Dan Bulbul pun meratapi kesedihan yang menimpanya karena ditinggal pergi oleh senyum Mawar itu, sakit tak terperikan yang hinggap dalam hati Bulbul, kesendirian dalam kesepian mencekam jiwanya karena yang dicinta telah pergi dari sisinya.

Keterikatan pada sesuatu yang temporal sesungguhnya hanya akan menyakitkan hati. Tapi sedikit orang yang menyadarinya. Kebanyakan orang silau akan keindahan yang mewujud di depan dirinya. Kebanyakan orang dibuat mabuk oleh anggur dunia yang dihidangkan di depan dirinya. Dan ketika sadar ia sudah terperangkap dalam jeratan cinta akan sesuatu yang menjerat dirinya. Ia pun enggan melepasnya karena sudah kadung nyaman dengan apa yang diperolehnya. Padahal dalam sesuatu yang manis itu ternyata menyimpan kepahitan yang tak terkira rasanya. Namun ia tak menyadarinya sampai ia sendiri merasakan kepahitan dalam kemanisan itu. Ya si Bulbul tak menyadari bahwa cintanya kepada Mawar itu mengandung kepahitan sampai ia diperingatkan oleh Hudhud yang bijak itu. Hudhud menunjukkan kepada Bulbul itu bahwa cintanya itu akan menyakitkan dirinya sendiri. Bahwa cinta Mawar itu banyak durinya. Cinta pada Mawar adalah cinta lahiriah yang akan hilang termakan oleh usia.

Memang ketika Mawar itu mekar, siapa sih yang tak jatuh hati melihatnya? Siapa sih yang tak ingin menyentuh keindahannya itu? Siapa sih yang tak mengagumi kecantikannya itu? Tapi itu semua tidak lama, mawar yang mekar itu pun akhirnya akan melayukan dirinya sendiri, karena ia tak diijinkan untuk berlama-lama memamerkan kecantikan fisiknya itu, ia hanya sebagai tanda akan kebesaran Penciptanya, bukan dia yang seharusnya dicinta tapi Penciptanya itulah yang seharusnya dicinta. Maka cinta Bulbul pada Mawar adalah cinta yang salah alamat, karena cinta itu salah alamat maka cinta itu pun mengeluarkan buah yang pahit, karena cinta yang berbuah manis itu hanya ada pada cinta yang benar-benar bukan cinta yang salah alamat.

Cinta, cinta, cinta oh sungguh sebuah kata yang tak lekang oleh usia. Di mana pun tempatnya, di kalangan usia mana pun, selalu dan selalu menyihir mereka yang terkena percikan kata-katanya. Namun ingat, janganlah mencari cinta seperti cintanya Bulbul kepada Mawar. Karena cinta Bulbul ini mengandung benih yang pahit sekali. Ketika benih ini tumbuh dan berbuah semuanya akan terasa pahit. Hanya terasa manis pada awalnya, tapi pahitnya berkepanjangan. Wallahua’lam.

No comments:

Post a Comment

Melagkah pasti