Thursday, December 25, 2014

TOLERANSI SANG IMAM SHUFI TERHADAP TETANGGA NASRANI

Kekaguman para sahabat dan murid-muridnya tak menggetarkan pribadi Hasan al-Bashri untuk tetap hidup penuh kesederhanaan. Di rumah susun yang tidak terlalu besar ia tinggal bersama istri tercinta. Di bagian atas adalah tempat tinggal seorang Nasrani. Kehidupan berumah tangga dan bertetangga mengalir tenang dan harmonis meski diliputi kekurangan menurut ukuran duniawi.

Di dalam kamar Hasan al-Bashri selalu terlihat ember kecil penampung tetesan air dari atap kamarnya. Istrinya memang sengaja memasangnya atas permintaan Hasan al-Bashri agar tetesan tak meluber. Hasan al-Bashri rutin mengganti ember itu tiap kali penuh dan sesekali mengelap sisa percikan yang sempat membasahi ubin.

Hasan al-Bashri tak pernah berniat memperbaiki atap itu. “Kita tak boleh mengusik tetangga,” dalihnya.

Jika dirunut, atap kamar Hasan al-Bashri tak lain merupakan ubin kamar mandi seorang Nasrani, tetangganya. Karena ada kerusakan, air kencing dan kotoran merembes ke dalam kamar Sang Imam  tanpa mengikuti saluran yang tersedia.

Tetangga Nasrani itu tak bereaksi apa-apa tentang kejadian ini karena Hasan al-Bashri sendiri belum pernah mengabarinya. Hingga suatu ketika si tetangga menjenguk Hasan al-Bashri yang tengah sakit dan menyaksikan sendiri cairan najis kamar mandinya menimpa ruangan Hasan Al-Bashri.

“Imam, sejak kapan engkau bersabar dengan semua ini,” tetangga Nasrani tampak menyesal.

Hasan al-Bashri hanya terdiam memandang, sambil melempar senyum pendek.

Merasa tak ada jawaban tetangga Nasrani pun setengah mendesak. “Tolong katakan dengan jujur, wahai Imam. Ini demi melegakan hati kami.”

Dengan suara berat Hasan al-Bashri pun menimpali, “Dua puluh tahun yang lalu.”

Lantas mengapa engkau tidak memberitahuku?”

Memuliakan tetangga adalah hal yang wajib. Nabi kami mengajaran, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangga’. Anda adalah tetangga saya,” tukasnya lirih.

Tetangga Nasrani itu seketika mengucapkan dua kalimat syahadat. (Mahbib Khoiron)

Sumber

Friday, December 12, 2014

???????????

Bagaimana syahadat kita bisa jadi kunci selamat di akhirat ?
Jika dalam syahadatnya tidak disertai ma`rifat.

Bagaimana sholat kita bisa jadi penghalang dari perbuatan maksiyat ?
Jika dalam sholatnya hanya semata menjalakna ajaran syari`at.

Bagaimana puasa kita bisa jadi jembatan bertemu dengan yang maha kuasa ?
Jika dalam puasanya masih ada batas imsak dan berbuka.

Bagimana zakat kita bisa jadi pembersih dari kotornya jiwa ?
Jika dalam zakatnya masih ada hitungan matematika.

Bagaima haji kita bisa diterima ?
Jika dalam hajinya yang dilihat hanya ka`bah berupa batu saja.

Bagaimana bacaan ayat quran kita bisa jadi penerang pada jiwa dan raga ?
Jika dalam membacanya hanya olah raga bibir dan wisata mata.

Bagaimana bacaan sholawat kita akan jadi pelantara datangnya syafa`at ?
Jika dalam sholawatnya tanpa ada rasa syukur atau rasa taubat.

Bagaimana dzikir kita bisa jadi penenang di setiap lapisan jiwa ?
Jika dalam lantunan dzikirnya hanya mengulang-ngulang kata saja.

Dan bagaimana tafakur kita bisa menembus alam malakut,jabarut dan lahut ?
Jika dalam tafakurnya masih ada keinginan dan cita-cita.

"CIKAL BAKAL POHON RAKSASA"

Ada sebuah benih yg tercecer & tdk dipedulikan orang, ia kesepian merasa dirinya tdk berharga.
Suatu hari, angin kencang datang, ia terhempas jatuh ke sebuah tanah terbuka & terpanggang di bawah sinar matahari. Ia menangis, sedih, bingung, Mengapa ia harus mengalami hal ini?

Tak lama air hujan turun sebagai ganti terik matahari, kadang gerimis & kadang hujan deras.

Sekian tahun kemudian, ia melihat seorg pengelana duduk di dekatnya & berkata : Terima kasih TUHAN untuk pohon yg rindang ini, Saya sgt membutuhkan istirahat.

Benih pun berpikir : apa yg si pengelana ini bicarakan ?

Benih itu memang melihat ada beberapa org duduk di dekatnya dlm beberapa tahun terakhir, namun tak ada yg berbicara seperti itu.

Si pengelana berbicara kepada si benih: Kamu tahu enggak kamu itu siapa ?
Benih: Ini aku Benih.

Pengelana: Kamu bukan benih, Tapi pohon raksasa !
Benih : Benarkah ?

Pengelana : Ya! Kamu pikir kenapa banyak org datang ke sini ? Untuk merasakan keteduhanmu ! SADARLAH ! TUHAN telah melakukan ini dgn berjalannya waktu.

Benih menjadi sadar siapa dirinya, sekarang telah menjadi pohon raksasa.

Si benih bergumam :

* Disaat TUHAN seakan tak peduli pada TANGISANku, ternyata DIA sedang MENAMPUNG AIR MATAku.

* Disaat TUHAN seakan BERDIAM DIRI terhadap PENDERITAANku, ternyata DIA sedang BUAT JALAN KELUAR bagiku.

* Disaat TUHAN terasa JAUH. ternyata DIA sedang MERANGKULku erat-erat.

* Disaat TUHAN seakan TIDAK MENEPATI JANJINYA, ternyata DIA telah MEMENUHI semua yg kuperlu.

* TUHAN bekerja di tempat tersembunyi, walau tak nampak, namun hasilnya nyata bagi kehidupanku, Setiap tarikan nafas seharusnya selalu mengingatkanku akan KARYA KASIHNYA yg tiada batas.

---- > KITA tidak menyadari kesukaran yg dialami di MASA KINi adalah sebuah PROSES untuk membuat kita kuat & tumuh menjadi
pribadi yg TANGGUH di MASA AKAN DATANG.

Tuesday, December 2, 2014

Sufistik

Di sini saya hanya menginformasika jika anda membutuhkan literatur tokoh sufi.
silahkan masuk

Selamat perang...!!!

Hidup memang perang dan perseteruan. Adu kepintaran (pendebatan), adu kemampuan (pertandingan),adu kekuatan dan kekuasaan (pertempuran).

Sukarela atau terpaksa.Yang tidak sadar bahwa hidup ini adalah perang terimalah nasib menjadi pecundang.

Tanpa musuh eksternal pun, setiap manusia sudah disediakan musuh internal yang disematkan Tuhan sejak saat dilahirkan.

Paduka Nafsu dan baginda Setan.Musuh eksternal --andai ada atau kita adakan-- sangat mudah diatasi.
Tutup mata dan tutup telinga atau pergi bertapa ke kesunyian, selesai masalah.Adapun musuh internal hanya bisa dilawan dengan akal yang integral dan agama yang universal.Perang itu asyik, seru, dan menyenangkan.

Nikmat maha nikmat itu ketika kita berhasil menang telak dalam perang. Menang tipis juga bukan nikmat yang lumayan.Oleh karena itu, di pagi yang dilahirkan kembali oleh mentari yang berseri-seri ini saya ajak Anda semua untuk bernyanyi!

Mari perang
Marilah perang
Marilah perang
Bersama-sama ....