Monday, October 10, 2016

Rinduku

Burdah Habib syeh ajiiib
Cinta Sang Kekasih 
Apakah karena Mengingat Para kekasih di Dzi Salam. 
Kau campurkan air mata di pipimu dengan darah. 
Ataukah karena angin berhembus dari arah Kazhimah. 
Dan kilat berkilau di lembah Idlam dalam gulita malam. 
Mengapa bila kau tahan air matamu ia tetap basah. 
Mengapa bila kau sadarkan hatimu ia tetap gelisah. 
Apakah sang kekasih kira bahwa tersembunyi cintanya. 
Diantara air mata yang mengucur dan hati yang bergelora. 
Jika bukan karena cinta takkan kautangisi puing rumahnya. 
Takkan kau bergadang untuk ingat pohon Ban dan ‘Alam. 
Dapatkah kau pungkiri cinta, sedang air mata dan derita. 
Telah bersaksi atas cintamu dengan jujur tanpa dusta. 
Kesedihanmu timbulkan dua garis tangis dan kurus lemah. 
Bagaikan bunga kuning di kedua pipi dan mawar merah. 
Memang terlintas dirinya dalam mimpi hingga kuterjaga. 
Tak hentinya cinta merindangi kenikmatan dengan derita. 
Maafku untukmu wahai para pencaci gelora cintaku. 
Seandainya kau bersikap adil takkan kau cela aku.
Kini kau tahu keadaanku, pendusta pun tahu rahasiaku. 
Padahal tidak juga kunjung sembuh penyakitku. 
Begitu tulus nasihatmu tapi tak kudengar semuanya. 
Karena untuk para pencaci, sang pecinta tuli telinganya. 
Aku kira ubanku pun turut mencelaku. 
Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku. 
Peringatan akan Bahaya Hawa Nafsu 
Sungguh hawa nafsuku tetap bebal tak tersadarkan. 
Sebab tak mau tahu peringatan uban dan kerentaan. 
Tidak pula bersiap dengan amal baik untuk menjamu. 
Sang uban yang bertamu di kepalaku tanpa malu-malu. 
Jika kutahu ku tak menghormati uban yang bertamu. 
Kan kusembunyikan dengan semir rahasia ketuaanku itu. 
Siapakah yang mengembalikan nafsuku dari kesesatan. 
Sebagaimana kuda liar dikendalikan dengan tali kekang. 
Jangan kau tundukkan nafsumu dengan maksiat. 
Sebab makanan justru perkuat nafsu si rakus pelahap. 
Nafsu bagai bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu. 
Bila kau sapih ia akan tinggalkan menyusu itu. 
Maka kendalikan nafsumu, jangan biarkan ia berkuasa. 
Jika kuasa ia akan membunuhmu dan membuatmu cela 
Gembalakanlah ia, ia bagai ternak dalam amal budi. 
Janganlah kau giring ke ladang yang ia sukai. 
Kerap ia goda manusia dengan kelezatan yang mematikan. 
Tanpa ia tahu racun justru ada dalam lezatnya makanan. 
Kumohon ampunan Allah karena bicara tanpa berbuat. 
Kusamakan itu dengan keturunan bagi orang mandul. 
Kuperintahkan engkau suatu kebaikan yang tak kulakukan. 
Tidak lurus diriku maka tak guna kusuruh kau lurus. 
Aku tak berbekal untuk matiku dengan ibadah sunnah. 
Tiada aku dan puasa kecuali hanya yang wajib saja. 
Pujian Kepada Nabi SAW 
Kutinggalkan sunnah Nabi yang sepanjang malam. 
Beribadah hingga kedua kakinya bengkak dan keram. 
Nabi yang karena lapar mengikat pusarnya dengan batu. 
Dan dengan batu mengganjal Perutnya yang halus itu. 
Kendati gunung emas menjulang menawarkan dirinya. 
la tolak permintaan itu dengan perasaan bangga. 
Butuh harta namun menolak, maka tambah kezuhudannya. 
Kendati butuh pada harta tidaklah merusak kesuciannya. 
Bagaimana mungkin Nabi butuh pada dunia. 
Padahal tanpa dirinya dunia takkan pernah ada. 
Muhammadlah pemimpin dunia akherat. 
Pemimpin jin dan manusia, bangsa Arab dan non Arab. 
Nabilah pengatur kebaikan pencegah mungkar. 
Tak satu pun setegas ia dalam berkata ya atau tidak. 
Dialah kekasih Allah yang syafa’atnya diharap. 
Dari tiap ketakutan dan bahaya yang datang menyergap. 
Dia mengajak kepada agama Allah yang lurus. 
Mengikutinya berarti berpegang pada tali yang tak terputus. 
Dia mengungguli para Nabi dalam budi dan rupa. 
Tak sanggup mereka menyamai ilmu dan kemuliaannya. 
Para Nabi semua meminta dari dirinya. 
Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya. 
Para Rasul sama berdiri di puncak mereka. 
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya. 
Dialah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya. 
Terpilih sebagai kekasih Allah pencipta manusia. 
Dalam kebaikanya, tak seorang pun menyaingi. 
Inti keindahannya takkan bisa terbagi-bagi. 

Jauhkan baginya yang dikatakan Nasrani pada Nabinya. 
Tetapkan bagi Muhammad pujian apapun kau suka. 
Nisbatkan kepadanya segala kemuliaan sekehendakmu. 
Dan pada martabatnya segala keagungan yang kau mau. 
Karena keutamaannya sungguh tak terbatas. 
Hingga tak satupun mampu mengungkapkan dengan kata. 
Jika mukjizatnya menyamai keagungan dirinya. 
Niscaya hiduplah tulang belulang dengan disebut namanya. 
Tak pernah ia uji kita dengan yang tak diterima akal. 
Dari sangat cintanya, hingga tiada kita ragu dan bimbang. 
Seluruh mahluk sulit memahami hakikat Nabi. 
Dari dekat atau jauh, tak satu pun yang mengerti. 
Bagaikan matahari yang tampak kecil dari kejauhan. 
Padahal mata tak mampu melihatnya bila berdekatan. 
Bagaimana seseorang dapat ketahui hakikat Sang Nabi 
Padahal ia sudah puas bertemu dengannya dalam mimpi 
Puncak Pengetahuan tentangnya ialah bahwa ia manusia 
Dan ia adalah sebaik baik seluruh ciptaan Allah 
Segala mukjizat para Rasul mulia sebelumnya 
Hanyalah pancaran dari cahayanya kepada mereka 
Dia matahari keutamaan dan para Nabi bintangnya Bintang hanya pantulkan sinar mentari menerangi gulita 
Alangkah mulia paras Nabi yang dihiasi pekerti 
Yang memiliki keindahan dan bercirikan wajah berseri 
Kemegahannya bak bunga, kemuliaannya bak purnama 
Kedermawanannya bak lautan, kegairahannya bak sang waktu 
la bagaikan dan memang tiada taranya dalam keagungan 
Ketika berada di sekitar pembantunya dan di tengah pasukan 
Bagai mutiara yang tersimpan dalam kerangnya 
Dari kedua sumber, yaitu ucapan dan senyumannya 
Tiada keharuman melebihi tanah yang mengubur jasadnya 
Beruntung orang yang menghirup dan mencium tanahnya 
Kelahiran Sang Nabi SAW 
Kelahiran Sang Nabi menunjukkan kesucian dirinya 
Alangkah eloknya permulaan dan penghabisannya
Lahir saat bangsa Persia berfirasat dan merasa 
Peringatan akan datangnya bencana dan angkara murka . 
Dimalam gulita singgasana kaisar Persia hancur terbelah 
Sebagaimana kesatuan para sahabat kaisar yang terpecah 
Karena kesedihan yang sangat, api sesembahan padam 
Sungai Eufrat pun tak mengalir dari duka yang dalam 
Penduduk negeri sawah bersedih saat kering danaunya 
Pengambil air kembali dengan kecewa ketika dahaga 
Seakan sejuknya air terdapat dalam jilatan api 
Seakan panasnya api terdapat dalam air, karena sedih tak terperi 
Para jin berteriak sedang cahaya terang memancar 
Kebenaran pun tampak dari makna kitab suci maupun terujar 
Mereka buta dan tuli hingga kabar gembira tak didengarkan 
Datangnya peringatan pun tak mereka hiraukan 
Setelah para dukun memberi tahu mereka 
Agama mereka yang sesat takkan bertahanlama 
Setelah mereka saksikan kilatan api yang jatuh dilangit 
Seiring dengan runtuhnya semua berhala dimuka bumi 
Hingga lenyap dan pintu langitNya 
Satu demi satu syetan lari tunggang langgang tak berdaya 
Mereka berlarian laksana lasykar Raja Abrahah 
Atau bak pasukan yang dihujani kerikil oleh tangan Rasul 
Batu yang Nabi lempar sesudah bertasbih digenggamannya 
Bagaikan terlemparnya Nabi Yunus dan perut ikan paus 
Mukjizat Sang Nabi SAW 
Pohon-pohon mendatangi seruannya dengan ketundukkan 
Berjalan dengan batangnya dengan lurus dan sopan 
Seakan batangnya torehkan sebuah tulisan 
Tulisan yang indah di tengah-tengah jalan Seperti juga awan gemawan yang mengikuti Nabi 
Berjalan melindunginya dari sengatan panas siang hari 
Aku bersumpah demi Allah pencipta rembulan 
Sungguh hati Nabi bagai bulan dalam keterbelahan 
Gua Tsur penuh kebaikan dan kemuliaan. Sebab Nabi 
dan Abu Bakar di dalamnya, kaum kafir tak lihat mereka 
Nabi dan Abu Bakar Shiddiq aman didalamnya tak cedera 
Kaum kafir mengatakan tak seorang pun didalam gua 
Mereka mengira merpati takkan berputar diatasnya 
Dan laba laba takkan buat sarang jika Nabi didalamnya 
Perlindungan Allah tak memerlukan berlapisbaju besi 
Juga tidak memerlukan benteng yang kokoh dan tinggi 
Tiada satu pun menyakiti diriku, lalu kumohon bantuan Nabi 
Niscaya kudapat pertolongannya tanpa sedikit pun disakiti 

Tidaklah kucari kekayaan dunia akhirat dari kemurahannya 
Melainkan kuperoleh sebaik-baik pemberiannya 
Janganlah kau pungkiri wahyu yang diraihnya lewat mimpi 
Karena hatinya tetap terjaga meski dua matanya tidur terlena 
Demikian itu tatkala sampai masa kenabiannya 
Karenanya tidaklah diingkari masa mengalami mimpinya 
Maha suci Allah, wahyu tidaklah bisa dicari 
Dan tidaklah seorang Nabi dalam berita gaibnya dicurigai 
Kerap sentuhannya sembuhkan penyakit 
Dan lepaskan orang yang berhajat dari temali kegilaan 
Doanya menyuburkan tahun kekeringan dan kelaparan 
Bagai titik putih di masa-masa hitam kelam 
Dengan awan yang curahkan hujan berlimpah 
Atau kau kira itu air yang mengalir dari laut atau lembah 
Kemulian Al-Qur’an dan pujian terhadapnya 
Biarkan kusebut beberapa mukjizat yang muncul pada Nabi 
Seperti nampaknya api jamuan, malam hari diatas gunung tinggi 
Mutiara bertambah indah bila ia tersusun rapi 
Jika tak tersusun nilainya tak berkurang sama sekali Segala pujian itu puncaknya adalah memuji 
Sifat dan pekerti mulia yang ada pada Nabi 
Ayat ayat Al Qur’an yang diturunkan Allah adalah baharu 
Tapi Allah adalah kekal tak kenal waktu 
Ayat-ayat yang tak terikat waktu dan kabarkan kita
Tentang hari kiamat, kaum ‘Aad dan negeri Irom 
Ayat ayat yang selalu bersama kita dan mengungguli 
Mukjizat para Nabi yang muncul tapi tak lestari 
Penuh kepastian dan tak sisakan bagi para musuh segala keraguan. 
Ayat yang tak sedikit pun menyimpang dari kebenaran 
Tak satu ayat pun ditentang kecuali musuh terberatnya 
Akan kembali kepadanya dengan salam dan beriman 
Keindahan sastranya membuat takluk penentangnya 
Bak pencemburu membela kehormatan dari tangan pendosa 
Baginya makna-makna yang saling menunjang bak ombak lautan 
Yang nilai keindahannya melebihi mutiara berkilauan 
Keajaibannya banyak dan tak terhingga 
Dan keajaiban itu tak satu pun membuat bosan kita 
Teduhlah mata pembacanya, lalu kukatakan padanya 
Beruntunglah engkau, berpeganglah selalupada taliNya 
Jika kau baca ia karena takut panas neraka Lazha 
Padamlah panas neraka Lazha karena kesejukannya 
Bagai telaga Kautsar wajah pendosa jadi putih karenanya Padahal dengan wajah hitam arang mereka datangi ia 
la lurus bagai shirath, adil bagai timbangan 
Kitab kitab lain takkan selanggeng ia dalam keadilan 
Jangan heran pada pendengkinya yang selalu ingkar 
Pura-pura bodoh padahal ia cukup paham dan pintar 
Bagai orang sakit mata yang pungkiri sinar mentari 
Bagai orang sakit yang lezatnya air ia pungkir


Qashidah Burdah

No comments:

Post a Comment

Melagkah pasti