Tuesday, April 15, 2014

Ahli maksiat VS Sufi

Assalammulaikum wrwb hanya buat motifasi aja
mudah2han bermanfaat
Seorang Sufi dan Akhli Maksiat...
Pada suatu hari, Ibrahim bin Adham didatangi
oleh seseorang yang sudah sekian lama hidup
dalam kemaksiatan, sering mencuri, selalu
menipu, dan tak pernah bosan berzina.
Orang ini mengadu kepada Ibrahim bin Adham :
Wahai tuan guru, aku seorang pendosa yang
rasanya tak mungkin biasa keluar dari
kubangan maksiat. Tapi, tolong ajar aku
seandainya ada cara untuk menghentikan
semua perbuatan tercela ini ..?
Ibrahim bin Adham menjawab :
Kalau kamu biasa selalu berpegang pada lima
hal ini, niscaya kamu akan terjauhkan dari
segala perbuatan dosa dan maksiat...
>>> PERTAMA <<<
jika kamu masih berbuat dosa dan maksiat,
maka usahakanlah agar Allah jangan sampai
melihat perbuatanmu itu.
Orang itu terperanjat :
Bagaimana mungkin, Tuan guru, bukankah Allah
selalu melihat apa saja yang diperbuat oleh
siapapun …? Allah pasti tahu walaupun
perbuatan itu dilakukan dalam kesendirian, di
kamar yang gelap, bahkan di lubang semut
pun..
Wahai anak muda, kalau yang melihat
perbuatan dosa dan maksiatmu itu adalah
keluargamu, kawan dekatmu, atau orang yang
kamu hormati, apakah kamu akan meneruskan
perbuatanmu …?
Lalu mengapa terhadap Allah kamu tidak malu,
sementara Dia melihat apa yang kamu perbuat
… ?"
Orang itu lalu tertunduk dan berkata :
Katakanlah yang kedua, Tuan guru … !
>>> KEDUA <<<
Jika kamu masih akan berbuat dosa dan
maksiat, maka jangan pernah lagi kamu makan
rezeki Allah..
Pendosa itu kembali terperanjat : "Bagaimana
mungkin, Tuan guru, bukankah semua rezeki
yang ada di sekeliling manusia adalah dari Allah
semata mata…?
Bahkan, air liur yang ada di mulut dan
tenggorokanku adalah dari Allah juga.
Ibrahim bin Adham menjawab : Wahai anak
muda, masih pantaskah kita makan rezeki Allah
sementara setiap saat kita melanggar
perintahnya dan melakukan larangannya …?
Kalau kamu menumpang makan kepada
seseorang, sementara setiap saat kamu selalu
mengecewakannya dan dia melihat
perbuatanmu, masihkah kamu punya muka
untuk terus makan darinya … ?
Sekali-kali tidak … ! Katakanlah yang ketiga,
Tuan guru.
>>> KETIGA <<<
Kalau kamu masih akan berbuat dosa dan
maksiat, janganlah kamu tinggal lagi di bumi
Allah".
Orang itu tersentak :
"Bukankah semua tempat ini adalah milik Allah,
Tuan guru … ? Bahkan, segenap planet, bintang
dan langit adalah milik-nya juga … ?
Ibrahim bin Adham menjawab : "Kalau kamu
bertamu ke rumah seseorang, menumpang
makan dari semua miliknya, akankah kamu
cukup tebal muka untuk melecehkan aturan-
aturan tuan rumah itu sementara dia selalu
tahu dan melihat apa yang kamu lakukan … ?"
Orang itu kembali terdiam, air mata menetes
perlahan dari kelopak matanya lalu berkata :
"Katakanlah yang keempat, Tuan guru...
>>> KEEMPAT <<<
Jika kamu masih akan berbuat dosa dan
maksiat, dan suatu saat malaikat maut datang
untuk mencabut nyawamu sebelum kamu
bertobat, tolaklah ia dan janganlah mau
nyawamu dicabut...
Bagaimana mungkin, Tuan guru … ? Bukankah
tak seorang pun mampu menolak datangnya
malaikat maut … ?"
Ibrahim bin adham menjawab : Kalau kamu
tahu begitu, mengapa masih juga berbuat dosa
dan maksiat … ? Tidakkah terpikir olehmu, jika
suatu saat malaikat maut itu datang ketika
kamu sedang mencuri, menipu, berzina dan
melakukan dosa lainnya … ?
Air mata menetes semakin deras dari kelopak
mata orang tersebut, kemudian ia berkata :
"Wahai tuan guru, katakanlah hal yang
kelima....
>>> KELIMA <<<
Jika kamu masih akan berbuat dosa, dan tiba-
tiba malaikat maut mencabut nyawamu ketika
sedang melakukan dosa, maka janganlah mau
kalau nanti malaikat Malik akan
memasukkanmu ke dalam neraka.
Mintalah kepadanya kesempatan hidup sekali
lagi agar kamu bisa bertobat dan menambal
dosa-dosamu itu...
Pemuda itupun berkata :
"Bagaimana mungkin seseorang biasa minta
kesempatan hidup lagi, Tuan guru … ?
Bukankah hidup hanya sekali … ?
Ibrahim bin Adham pun lalu berkata :
"Oleh karena hidup hanya sekali anak muda,
dan kita tak pernah tahu bila maut akan
menjemput kita, sementara semua yang telah
diperbuat pasti akan kita pertanggung jawabkan
di akhirat kelak, apakah kita masih akan
menyia-nyiakan hidup ini hanya untuk
menggumpul dosa dan maksiat ????????… ?
Pemuda itupun langsung pucat, dan dengan
suara parau menahan ledakan tangis ia
mengiba :
Cukup, Tuan guru, aku tak sanggup lagi
mendengarnya...
Lalu ia pun beranjak pergi meninggalkan
Ibrahim bin Adham.
Dan sejak saat itu, orang-orang mengenalnya
sebagai seorang ahli ibadah yang jauh dari
perbuatan-perbuatan tercela....
Jika Al-Haq menghendaki agar hambanya
menjadi baik, maka Dia akan memberikan
Hidayah, mengajar mereka, mengawasi mereka,
menerangi mereka, memberikan kesempatan
kepada mereka, mendekatkan mereka
kepadanya dan memberikan sinar kedalam hati
mereka. selamat membaca...mudah2han ada
hikmahnya aamiin

No comments:

Post a Comment

Melagkah pasti