Saturday, July 2, 2016

ELANG YANG TAK BISA TERBANG

ELANG YANG TAK  BISA TERBANG

Teman saya, saat melakukan kemah di pegunungan, menemukan beberapa telor elang,...
Dia gembira sekali, karena telor elang ini akan di bawa pulang dan rencananya akan di ikutkan dalam eraman ayamnya yang memang sedang meng erami,....

Sesampai di rumah, 2 telor elang ini di sisipkan pada induk ayam miliknya yang memang sedang mengerami....

Singkat cerita 2 telur elang yang di erami ini, hanya satu yang menetas dan beberapa telor ayam yang juga menetas, sehingga si anak elang ini ikut bersama sama dengan anak anak ayam yang barusan menetas...

Si anak ayam dan anak elang bercampur jadi satu dalam pengasuhan induk ayam.... 

Saat ia (si anak elang) telah berumur beberapa bulan, pada suatu ketika ada elang (besar) yang mau menerkam anak anak ayam ini, namun saat kuku cengkeramannya mau menerkam salah satu dari anak ayam yang di incarnya,  ia (sang elang besar) kaget bukan kepalang, karena saat itulah pandangannya terkecoh dengan adanya anak elang yang menyerupai dirinya namun berkumpul bersama dengan anak anak ayam, akhirnya di urungkanlah niatnya untuk menerkam anak ayam tersebut, karena ia sangat terkejut lagi terpana, mengapa ada anak elang ikut ikutan nimbrung bersama anak anak ayam ini...."dalam pikirnya"

Si elang dewasa akhirnya memberi isyarat yang ditujukan pada anak elang ini dengan mengatakan ; Kaok,....Kaok,....Kaok,...(artinya : ke marilah, terbang,....ke marilah terbang)....
Si anak elang tidak mengerti maksud "bahasa kaok-kaok" tersebut, ia (si anak elang) hanya bisa mengatakan petok,.. petok,...petok..  (Bahasa yang di ajarkan oleh induk ayam sehari hari dan di ketahui sejak kecil demikian, yang artinya : aku mau,...aku mau...)

Si elang (besar) heran, bahasa apa itu...??, sebab jika ia elang, pastinya tahu, mengerti dan segera tanggap terhadap apa yang di katakan nya yaitu : Kaok,.. Kaok,...tapi di respon oleh si anak elang dengan menggunakan bahasa ayam yaitu ; petok...petok...petok.

Lama tak ada ujung nya antara keinginan dan jawaban yang jelas....
Si anak elang akhirnya bertanya pada induk ayam ini : Maa...apa an tuh yang terbang di atas koq bilang Kaok.  Kaok...terus ?
Dan sepertinya ia mirip denganku....?
Ia koq bisa terbang....??
Aku koq kagak bisa terbang....?? begitu pertanyaan nerocos dari si anak elang...kepada mamanya (induk ayam)

Hus...jawab si induk ayam, kamu ini sejak kecil telah ku ajari seperti saudara saudaramu (anak ayam), dengan ucapan piyek...piyek...hingga bisa bilang petok.... petok....petok...
Saudaramu dan aku sendiri juga tidak bisa terbang, masa kamu harus bisa terbang,...?! coba lihat sekelilingmu (lingkungan ayam) semuanya kagak bisa terbang, jangan macam macam kamu...?!
ikutin aja apa yang ada, dan tradisi kita ini....

Hoo gitu to Maa...jawab di anak elang.

Walaupun dalam pikiran dan hatinya ia selalu bertanya tanya pada dirinya sendiri, sebab sadar diri jika bentuk tubuhnya lain dari kesemua yang ada, ia memiliki paruh, dan sayap yang panjang, ia memiliki bentuk yang sangat beda dari kebanyakan yang ada...mengapa ia harus seperti ini...??

Pertanyaan dalam hatinya semakin galau, saat ia ketemu dengan elang (besar) dan ia membandingkan bahwa dirinya sama dengan mereka..(si elang besar), namun aneh, saat dirinya mau mengepakkan sayapnya seolah tidak berfungsi...dan saat ia mau terbang selalu jatuh seolah melompat atau hanya bisa terbang pendek,...begitu pula lidahnya kelu saat ia mau "menirukan" ucapan si elang besar tadi dengan ucapan Kaok...Kaok.......

Gundah gulana ini terus berkecamuk dalam pikiran dan perasaannya...ia merasa tersiksa karena dalam hatinya bisa menjawab bahwa ini bukan lingkungannya, ini bukan tempatnya, ini membelenggu dirinya saat keinginannya untuk bisa terbang di angkasa sebagaimana yang ia lihat dan ia harapkan seperti elang yang di atas sana....

Sahabat beginilah jadinya, nasib sang anak elang, dalam pengasuhan bunda (ayam) dan lingkungan yang begitu kuat mempengaruhi perilaku, kebiasaan, pola pikir, daya juang dan kemampuan untuk berubah... Inilah lingkungan yang "membelenggu" tentang potensi yang ia miliki,...kebiasaan dan tradisi kadang sangat kuat mencengkram dalam bentuk ikatan dan"keharusan" ini dan itu, tidak boleh untuk yang lain, walaupun sebenarnya tidak membahayakan lagi dan justru akan mendorong perubahan potensi dirinya sebagai bentuk sebuah kemajuan...

Tradisi salah asuh membuat si elang kagak bisa seperti aslinya, ia "tersiksa" dengan cita citanya yang sebenarnya ia mampu selama pengasuhan dan lingkungan yang sebenarnya, bukan salah asuh dan lingkungan yang juga berbeda dari aslinya seperti yang dirasakan saat ini....

Seseorang pun seringkali juga demikian, dimana lingkungan yang buruk, lingkungan yang membelenggu, lingkungan yang statis, dan dogmatis membuat seseorang tidak bisa berkembang sesuai dengan potensi yang ia miliki, ia dilarang untuk ini dan itu, karena tradisinya dari dulu begini...maka kalau kamu macam macam, itu berarti keluar dari "pakem" dan nanti ber akibat buruk...sebuah kata kata ancaman yang salah kaprah...

Tradisi yang meng ikat akan menjadi benar dan di benarkan selamanya selama ia sendiri tidak mau keluar dan berubah untuk maju...ia baru sadar jikalau di luar kebiasaan dan lingkungan selama ini, ada contoh contoh yang lebih baik dan lebih berkembang...

Dia baru akan terlecut semangatnya jika dalam dirinya sendiri memiliki untuk mau berubah dari kebiasaan...
Ia akan mau berbeda dari lingkungannya jika ia sering sadar diri, sering terdesak, sering di tekan, sering dikalahkan, sering merenung untuk maju, dan memiliki motivasi bahwa lingkungan ku saat ini tidaklah sesempurna seperti apa yang aku duga, di luar sana ternyata mempunyai suasana yang lebih dinamis dan potensial....

Anak elang yang terasuh dan dibesarkan, oleh induk ayam adalah contoh, bagaimana besarnya pengasuhan, pembelajaran yang salah buat potensi diri dari si anak elang tersebut...

Anak elang selamanya akan menjadi terkungkung dalam lingkungan yang tidak mendukung, jikalau tidak mau berubah dan merubah diri...memang ini beresiko, tapi lebih beresiko jika ia tidak mau berubah, karena suatu saat ia tetap kecil tak sebesar ayam jago yang akan "mengabruknya" hingga ia luka dan terkapar karena tidak kuat tuk menahannya.....

sungguh sial dan nista jika semuanya bisa beranak pinak dan bertelur, sedangkan si anak elang akan menua dan mati karena tidak punya potensi untuk ber generasi sebagaimana anak anak ayam yang telah menginjak dewasa dan kawin.

Begitupun tentang seseorang yang berada di lingkungan kerja, dilingkungan pendidikan, maupun berbagai bentuk dan macam pengasuhan yang tidak mendukung atau salah asuh, ia akan tersiksa, tergencet lagi tak bisa mengembangkan diri...sungguh rugi jika tidak sesegera menyadari diri...

Semua ini adalah filosofis berharga, jika mau di maknai yang positif dan maju.

Demikian semoga bermanfaat.☺️��

No comments:

Post a Comment

Melagkah pasti