Tuesday, July 26, 2016

Jika Alloh berkehendak

Dlm sebuah perjalanan kereta api dari Jakarta ke Yogyakarta, tahun 1980-an, Pemuda itu bersin di kursinya. Diapun bertahmid,

الحمد لله
Dari seberang tempat duduknya terdengar suara lirih namun tegas memvalas,

يرحمك الله
Pemuda itupun menjawab,

يهديك الله ويصلح بالك
Lalu ia menoleh, yg dia lihat adalah jilbab putih, yg wajahnya menghadap ke jendela.
*
Ditahun 1980-an. Jilbab adalah permata firdaus di gersangnya dakwah. Dan ucapan “Yarhamukalloh” adalah ilmu yg langka. Keduanya terasa indah Syurgawi.
*
Maka bergegas, disobeknya kertas dari buku agenda & diambilnya pena dari tasnya.
*
Disodorkannya pada muslimah itu. “Dik”, ujarnya, “Tolong tulis nama Bapak Anda & alamat lengkapnya.”
*
Gadis itu terkejut. “Buat apa?”, tanyanya dg wajah pias lagi khawatir.
*
“Saya ingin menyambung ukhuwah & thalabul ‘ilmi kpd beliau”, ujar sang Pemuda. “Amat bersyukur jika bisa belajar dari beliau bagaimana mendidik putra-putri jadi Shalih & Shalihah.”
*
Masih ragu, gadis itupun menuliskan sebuah nama & alamat.
*
“Kalau ada denahnya lebih baik”, sergah si Pemuda.
*
Beberapa hari kemudian, Pemuda itu mendatangi alamat yg tertulis di kertas.
*
Diketuk pintunya, dia ucapkan salam.
*
Seorang bapak berwajah teduh & bersahaja menyambutnya.
*
Setelah disilakan duduk, sang bapak bertanya, “Anak ini siapa dan ada perlu apa?”
*
Dia perkenalkan dirinya, lalu dia berkata, “Maksud saya kemari;
1.
نويت الزيارة لبناء الأخوة
Saya ingin, semoga dapat bersaudara dg orang2 Shalih sampai ke Syurga.”
*
2. “Niat saya adalah thalabul ‘ilmi, smg saya dapat belajar pada Bapak bagaimana mendidik anak jadi Shalih dan Shalihah.”
*
3. Di kalimat ini dia agak gemetar, “Jika memungkinkan bagi saya belajar langsung tentang itu di bawah bimbingan Bapak dg menjadi bagian keluarga ini, saya sangat bersyukur. Maka dengan ini, saya beranikan diri melamar putri Bapak.”
*
“Lho Nak”, ujar si Bapak, “Putri saya yg mana yg mau Anak lamar?
Anak perempuan saya jumlahnya ada 5 itu?”
*
بسم الله
Saya serahkan pada Bapak, mana yg Bapak ridhakan utk saya.
Saya serahkan urusan ini kpd Allah dan kpd Bapak.
Sebab saya yakin, husnuzhzhan saya, bapak sebagai orang Shalih, juga memiliki putri2 yg semua Shalihah.”
*
“Lho ya jangan begitu. Lha anak saya yg sudah Anda kenal yg mana?”
*
“Belum ada Pak”, Pemuda itu nyengir.
*
Orangtua itu geleng2 kepala sambil tersenyum bijak.
*
“Sebentar Nak”, kata si Bapak, “Lha Anda bisa sampai ke sini, tiba2 melamar anak saya itu ceritanya bagaimana?”
*
Pemuda itupun menceritakan kisah perjumpaannya dg putri sang Bapak di Kereta dg lengkap dan gamblang.
*
Sang bapak mengangguk-angguk. “Ya kalau begitu”, ujar beliau, “Karena yg sudah Anda lihat adalah anak saya yg itu; bagaimana kalau saya tanyakan padanya kesanggupannya; apakah anak juga ridha padanya?”
*
Pemuda itu mengangguk dg tersipu malu.
*
Singkat cerita, hari itu juga mereka diakadkan, dg memanggil tetangga kanan-kiri tuk jadi saksi.
Maharnya?
Pena yg dipakai Pemuda itu utk meminta alamat sang Bapak pada gadis di kereta yg akhirnya jadi isterinya, ditambah beberapa lembar rupiah yg ada di dompetnya.
سبحان الله العظيم
Hingga kini mereka dikaruniai 6 putra-putri. Satu putra telah wafat karena sakit setelah mengkhatamkan hafalan Qurannya.
5 yg lain, semua juga menjadi para Hamilul Al Qur'an.
*
Pasangan yg tak lagi muda itu, masih suka saling menggoda hingga kini. Itu tak lain, karena sang suami memang berpembawaan lucu.
*
“Salim”, ujarnya pada suatu hari, “Bibimu ini lho, cuma saya bersin-i saja jadi istri.
Lha coba kalau saya batuk, jadi apa dia?”
*
Saya terkekeh.
Dan lebih terbahak ketika bibi saya itu mencubit perut samping suaminya. “Kalau batuk”, ujar Hafizhah Qira'at Sab’ah ini, ingin bercanda tapi tak dapat menahan tawanya sendiri, “Mungkin beliau jadi sopir saya”

ماشاء الله كان ومالم يشأ لم يكن ولاحول ولاقوة إلا بالله العلي العظيم
Begitulah jika Allah sdh menghendaki tak ada satupun yg mampu menghalanginya.
*
Smg bermanfaat
Salam Cinta......

No comments:

Post a Comment

Melagkah pasti