Tuesday, July 19, 2016

KEBENCIAN

Kebencian dan kedengkian itu sesungguhnya sudah lama 'ngendon' di hati hanya saja belum 'tampil' ke permukaan. Ia selalu menunggu momen yang tepat untuk muncul menjadi api yang hanya 'support' untuk membakar dan merusak. Tidak untuk menanak dan memperlunak.

Bagi orang yang tahu dan mengerti agama tapi ilmunya belum menjadi hidayah, dalil kitab suci dan alasan sunnah nabi pun akan jadi bahan bakar supaya api benci dan dengki itu makin menyala-nyala, menjilat-jilat dan membakari apapun saja tanpa aturan dan ukuran.

Asumsi masing-masing pihak yang memang kebencian dan kedengkian sudah bersarang di hati mereka atas kesalahan dan kejahatan pihak lain adalah pemantik paling afdol untuk segera menyulut api itu.

Sodara-sodara! Iblis itu hafizh Al-Quran dan semua kitab suci agama manapun mengalahkan setiap orang yang telah dilabeli 'tokoh agama'. Maka sangat mudah buat Iblis untuk memperdaya mereka. Kecuali yang terlindungi hidayah dari Tuhan karena tidak pernah memperbolehkan hatinya untuk membenci dan mendengki siapapun.

Padahal sifat Alloh yang jadi 'icon' utama adalah Al-Rahmân Al-Rahîm. Padahal sifat Rasulullah s'aw yang Alloh meminjamkanya kepada beliau adalah Raûf Rahîm. Hanya Iblis dan para pengikutnya yang mengedepankan benci dan dengki.

Sedikit Ilmu, Banyak Ngambeknya

Dan sebaliknya, orang yang sedikit ilmunya, pasti banyak ingkarnya. Maksudnya ia justru sering marah dan mengingkari apa yang dilakukan oleh saudaranya itu hanya karena mereka melakukan ritual yang ia tidak lakukan. Bahkan tidak jarang – dengan beraninya- mereka memvonis orang lain sesat, salah serta keliru. Padahal masalahnya adalah masalah yang masih dalam perdebatan ulama.

Akhirnya, karena hanya punya ilmu satu-satunya dari guru yang satu dan tak mau menimba serta memikul ilmu dari yang guru yang berbeda, tertanam dalam diri bahwa kebenaran hanya pada dirinya. Jadilah ia pendakwa yang sering marah dan susah bergaul.

Hari-harinya hanya diisi oleh kemarahan dan menyalahkan orang lain. Persis anak kecil yang sedang ngambek. Dari kata ambek / ambek-an yang dalam bahasa Indonesia artinya suka marah.

Anak kecil yang sedang ngambek, tidak ada yang ia lakukan kecuali menyalahkan semua orang yang tidak ikut sejalan dengan dia. Orang tua, kakak, dan adiknya semua dipaksa ikut dengannya karena sedang ngambek. Ngambek-nya tidak akan selesai kecuali semua mengikuti aturannya, pokoknya yang benar itu hanya ia seorang. Begitulah kelakukan anak kecil yang sedang ngambek.

Pendakwah yang kerjaannya hanya marah dan menyalahkan, tidak ada bedanya antara dirinya dengan anak kecil yang suka ngambek.

Menyakini bahwa shalat subuh itu pakai qunut, ketika melihat ada yang tidak qunut, ia marah lalu ngambek. Tidak jauh beda dengan yang meyakini tidak ada qunut, melihat ada yang qunut akhirnya ngambek malah bikin masjid baru yang tidak ada qunut-nya.

Yang ia tahu bahwa puasa 6 hari syawal itu sunnah, tapi ketika mendengar ada yang mengatakan itu makruh, ia langsung marah dan mengatakan itu salah, ngambek. Padahal pendapat makruh puasa 6 hari syawal itu pandangan madzhab al-Malikiyah dan al-Hanafiyah.

Sudah paten tertancap dalam jiwanya, bahwa yang namanya shalat jum’at itu mulainya setelah masuk waktu zuhur. Ketika melihat ada yang adzan jumat sebelum masuk waktu zuhur, ia ngambek dan marah sejadi-jadinya serta mengumpat yang berbeda. Padahal dalam madzhab al- Hanabilah tidak disyaratkan shalat jumat harus di waktu zuhur, boleh sebelumnya.

Tahunya bahwa celana itu harus di atas mata kaki. Pas melihat ada ustadz yang celananya di bawah mata kaki, ia ngambek dan bilang: tidak mau lagi mendengar materi dari ustadz tersebut. Padahal seandainya ia mau belajar, perkaranya masih dalam perdebatan. Bahkan pendapat 4 madzhab secara resmi tidak ada yang mewajibkan harus di atas mata kaki.

Yang diyakini bahwa muslim itu harus berjenggot. Ketika melihat ada imam shalat/ustadz yang tidak berjenggot atau terlihat mencukur jenggot, dengan mudah ia menyalahkan dan akhirnya ngambek, tidak mau shalat di belakang imam yang mencukur jenggotnya. Padahal kalau mau belajar, ia akan mengerti perkara jenggotnya sendiri.

Seandainya mereka tahu lebih banyak tentang perbedaan pandangan, tentang madzhab fiqih, tenang hukum syariah, pastinya tidak akan jadi orang yang ngambekan.

Seandainya ...


No comments:

Post a Comment

Melagkah pasti